Cerita ini telah diubah dari versi sebelumnya demi menyesuaikan cerpen yang dimuat di Loop.co.id
--
Seperti malam-malam biasanya, jika di rumah sudah kehabisan lauk, Irfan selalu mencari makanan di luar dengan menaiki sepedanya. Lagi asyik menggowes, Irfan melihat nenek-nenek berumur 60 tahunan sedang duduk di pinggiran jalan, percis di dekat pintu masuk sebuah komplek. Tubuh nenek itu lebih kurus darinya. Yang Irfan tidak sangka, ternyata nenek itu tidak cuma duduk, melainkan sedang berjualan es krim.
Irfan yang awalnya tidak kepengin es krim, mendadak muncul hasrat untuk membelinya. “Nek, es krimnya satu,” ujarnya. Nenek itu diam saja. Mungkin pendengarannya sudah kurang baik. “Nek?” Irfan memanggilnya sekali lagi.
Nenek itu pun akhirnya menengok dan bilang, “Ya, mau beli es krim, Dek?”
sumber: Pixabay |
Raut wajah nenek itu berubah ceria. Irfan otomatis tersenyum, mengangguk, dan menjawab iya. Setelah es krimnya disajikan di mangkuk kecil, Irfan segera menyerahkan selembar uang 20.000. Es krimnya seharga 3.000.
“Nggak ada uang kecil, Dek?” tanya nenek itu.
“Yah, nggak ada.”
Irfan tidak membawa dompet dan itu uang satu-satunya yang ada di kantong celana pendeknya. Ia memaki dirinya dalam hati, bodoh. Kenapa setiap kali gowes malam-malam, ia pasti selalu membawa duit selembar. Ia nggak pernah membawa dompet. Namun, ia kemudian teringat uang di dompetnya yang semakin menipis. Untuk apa pula bawa-bawa dompet?
Saat ini status Irfan adalah pengangguran. Sudah enam bulan ini ia tidak memiliki pemasukan lagi sejak kontrak kerjanya di suatu perusahaan telah habis. Ia belum mendapatkan lagi pekerjaan baru, padahal sudah mencoba melamar ke mana-mana. Entah karena tidak dipanggil sama sekali, gagal saat psikotes, interviu HRD, ataupun wawancara tahap akhir dengan user. Sekalinya ia diterima, gajinya terlalu di bawah standar, bahkan cuma setengah dari nilai yang diberikan tempat bekerjanya dahulu. Ia pun mengikhlaskan pekerjaan itu. Irfan bukannya menolak rezeki, ia hanya ingin mendapatkan bayaran yang layak. Hingga akhirnya, ia memilih berhenti sejenak untuk mengirimkan lamaran.
Terlepas dari keadaannya itu, ia jadi merasa tidak enak sama si nenek penjual es krim. Ia sudah merepotkan beliau. Nenek itu pun berupaya mencari-cari uang di dompet kecilnya. Irfan melihat uangnya lima ratusan, seribuan, dua ribuan, dan lima ribuan. Benar-benar nggak ada sepuluh ribuan, dan lima ribunya cuma satu.
Nenek itu kemudian menyerahkan kembaliannya. Irfan menghitungnya. Kembaliannya kurang dua ribu. Irfan mengucapkan terima kasih dan pura-pura uangnya pas. Irfan tidak tega meminta uang kembalian yang kurang itu. Sebetulnya, di hati Irfan juga terdapat keinginan untuk memberikan semua uangnya kepada nenek itu. Tapi ia sudah telanjur memesan ketoprak seharga 13.000, sebelum melihat si nenek. Ia pun sekarang mulai menuju lokasi tempat ia membeli ketoprak. Mungkin ia bisa membantunya lagi di hari lain.
Ia sangat paham bagaimana susahnya mencari uang. Toh kalau mudah, tidak mungkin ia masih setia menjadi pengangguran. Tapi bagaimana kalau hal itu terjadi karena Irfan yang kurang berusaha dengan maksimal?
Sewaktu ia menemukan seorang nenek-nenek yang sudah renta begitu masih mau berjualan, ia resah memperhatikan masih banyak orang yang lebih muda tapi memiliki mental pengemis. Cukup dengan menengadahkan tangan dan memasang muka tembok dan berjalan dari satu rumah ke rumah lain. Apalagi orang-orang yang beberapa kali pernah ia temui di kopaja, metromini, atau angkutan umum lainnya. Mereka hanya mengandalkan kalimat: “Bapak-bapak, ibu-ibu, kakak-kakak para penumpang, daripada saya mencuri, lebih baik ... blablaba.”
Masih muda kok bermalas-malasan saja kerjanya. Masih muda hobinya berfoya-foya memakai uang orang tua. Lebih-lebih buat para pejabat yang koruptor, apakah mereka tidak malu dengan nenek ini? Melihat buruknya orang lain memang mudah, Irfan tidak sadar dirinya mungkin juga termasuk pemalas. Ia pun jadi heran dengan dirinya sendiri
Mungkin saja Irfan masih termasuk kurang berusaha dan bersyukur dalam menjalani hidup. Ia terkadang masih mudah putus asa dan banyak leyeh-leyehnya. Sehabis kejadian ini, ia ingin mengubah kebiasaan-kebiasaannya yang suka menunda-nunda waktu itu.
Sehabis membayar ketoprak dan pulang menuju rumah, entah kenapa di pikirannya itu muncul kalimat dari Pidi Baiq di buku Drunken Molen, “Meskipun nenek itu sudah tua, beliau tetap berusaha dan bekerja. Demi bisa membantu meringankan beban pemerintah. Agar para pemerintah nggak perlu repot-repot lagi untuk mikirin nasib orang-orang seperti beliau.”
Ia marah terhadap dirinya. Ia jadi ingin memiliki semangat sebagaimana nenek itu. Jika sudah tua kelak, ia tidak ingin mengharap belas kasihan orang lain. Sekalipun itu adalah anak-anak dan cucu-cucunya. Ia ingin tetap mandiri. Berarti ketika masih muda begini, ia tidak boleh malas-malasan terus. Ia perlu menyiapkan tabungan untuk jaminan hari tua. Ia besok mesti menyiapkan lamaran dan mencari pekerjaan lagi. Agar ia bisa menyisihkan sebagian gajinya nanti untuk berbagi kepada orang-orang seperti si nenek penjual es krim.
Malam itu Irfan seolah-olah menemukan varian rasa baru dari sebuah es krim. Es krim rasa cinta. Es krim paling enak yang pernah ia makan. Es krim dengan harga murah yang memiliki nilai mahal.
69 Comments
Ini caption di instagram di taro di blog, ternyata jadinya sepanjang ini, ya. Lumayan. :))
ReplyDeleteSuka nggak tega kalo lihat nenek-nenek atau kakek-kakek yang masih kerja begitu. Sedih aja. Harusnya di umur beliau kan banyak istirahat, tinggal menikmati masa tuanya. Kadang suka malu, kalah sama semangatnya mereka yang sudah berumur.
Ya, lumayanlah. :)
DeleteNah, maka dari itu, para anak muda harus semangat!
Aku kasian loh ama mereka yang masih dagang walaupun udah tua banget, tapi memang mereka memiliki sifat berjuang untuk hidup itu loh yang patut kita hargai :)
ReplyDeleteYoi! Kita harus menghargai mereka. :)
DeleteO_o Yoga baik sekaliiiiiii~
ReplyDeleteKalo di daerahku sini yang nenek-nenek yang jualannya ampe subuh itu jualan pecel. Kadang kalo mampir buat beli, dianya udah ketiduran sambil duduk. :|
Ah, tidak juga, Haw. :)
DeleteBiasanya kalo di daerah emang kebanyakan dagang pecel, Haw.
Kalo di Jakarta mungkin kurang laku.
Hehehe, sampe tidur-tidur gitu sambil duduk. Kasihan, ya. :')
Pandangan gue ke elo agak berubah yog . . ternyata seorang bajingan masih punya hati nurani ya . .?? *Plok-plok-plok*
ReplyDeleteBener nih, yang muda aja masih males2an buat nyari kerja . . e yang tua aja berjuang dengan gigighnya . . beneran yog, gue nggak nyindir lo kok . .
btw, itu tangan sama eskrimnya warnanya sama ya . .??
(bajingan)
Delete((bajingan))
(((bajingan)))
((((bajingan)))
WAAAH, HAJR YOG, CUBIT AJA CUBITT. !!
Azka : Semua orang pasti punya hati nurani, Ka. :)
DeleteIYE! GUE JUGA UDAH USAHA CARI KERJA. KAMPRET!
Iya, tangan gue item. Kagak pernah pake sarung tangan kalo naek motor. -__-
Wulan : Jangan memperkeruh suasana, Mbak. :(
Hahahaaaaasyuuu
DeleteMbak Wul, yaampyun..
DeleteKenapa mas Renggo? :D
DeleteHey para anak muda yang masih bermalas malasan dan para koruptor yang masih saja mengambil secuil hak rakyat, Liat postingan ini!
ReplyDeleteTrenyuh bacanya, Yog. Jadi inget sama yang jual keripik di seberang kantor. Nenek-nenek juga. Tapi semangatnya tinggi, setinggi suaranya yang melengking kalau lagi menjajakan dagangannya. Panas hujan beliau gak peduli. Kadang kalau agak sorean, beliau suka jalan jalan ngelilingin komplek ruko sambi nawarin dagangannya. Bawa tempat yang lumayan gede dengan badan yang udah ringkih. Huaaaaaa :'(
ReplyDeleteMereka jauh lebih terhormat dan mulia daripada anak-anak muda yang ngamen di lampu merah terus kalau gak dikasih malah main colek atau mukulin spion, Yog.
Ini postingan sekaligus buat promote Instagram juga ya, Yog? Ciyeeeeeee.
Wih, ternyata masih banyak ya, orang-orang yang udah tua dan ringkih tetap semangat berjualan. :))
DeleteHahahaha. Begitulah hidup, Cha. Yang muda malah udah pada ngamen dan ngemis. Sedih.
Yoih!
Gue jadi inget pas 4 tahun yg lalu Yog. Kejadiannya sama percis kyk kejadian ini. Pas sore2, mendung,mau hujan. Gue sama ayah lg jalan2. Ayah ngajak beli sate, tapi gue nolak keras. Gue langsung ngotot pengen beli martabak, padahal sih pengen sate. Soalnya pas gue liat, si penjual martabaknya kesepian. Gak ada 1 orangpun yg beli dagangannya. Udah mendung gitu. Martabaknya juga msh banyak banget.
ReplyDeleteAkhirnya gue maksa ayah buat beli martabak. Ngeliat bapak tukang martabaknya senyum, gue seneeeng banget.
Kadang kita harus menghargai usaha orang lain dengan cara kita sendiri :)
one person like this.
DeleteHaw likes Wulan. ~
Delete@How: waah makasihh :)
Delete@Icha: HHehee likes comment cha, Comment maksudnyaa
Wulan : Makasih ya udah berbagi cerita di kolom komen. Hehehe. Bahagia itu memang sederhana. Melihat orang yang kita bantu tersenyum aja udah seneng atau bahagia, kan? :))
DeleteHaw : Usaha aja. XD
Icha : Icha likes asshole.
sama-sama Yog. :) iya bener banget. Gak ada rugi nya bantuin orang lain yak
DeleteIya, siapa tau menularkan kebaikan. Hehehe.
Deleteiya Yog. Tapi jangan sampe menularkan kejombloan. Cukup untuk diri lu aja :P
Deletesalut sama nenek nya..... usia nggak bisa jadi tolak ukur buat membatasi seseorang mencari nafkah.
ReplyDeleteciaelah..... baik banget dah pura2 pas. tapi kalau gue jadi lo, gue juga bakal pura2 duitnya pas.
makan eskrim malem-malem enak yak. apalagi... sama pevita pearce.
Yoih!
DeleteHehehe. Mencoba berbuat baik, Jev. :)
Gue maunya sama Sheryl. :3
Wah gue kira cerita fiksi, Yog. Mweehhehe. Cepetan cari kerja gih, biar nggak banyak yang nyindir :p hihi
ReplyDeleteHahaha. Nggak, ini nyata, kok. Santai aja, Lam. Gue juga udah mencoba dan berusaha. Belum ada yang cocok. :)
DeleteIntinya itu nenek harga dirinya tinggi.., makanya dia ga mau jadi pengemis. Tapi kayaknya es krim-nya enak tuh, neneknya emang niat kayaknya...
ReplyDeleteHehehe. Gue salut sama orang udah tua tetep mau berusaha daripada mengemis.
DeleteEnak, rasa cinta pula.
Tumben baik Yog? Baru kali ini baca curahannya Yoga sampe ngena.
ReplyDeletePadahal lo ga usah minta kembaliannya, bilang aja "Gpp nek klo ga ada kembalian, simpen aja kembaliannya"
Hehehe. Makasih udah baca. :)
DeleteOiya, seharusnya itu lebih membantu, ya. Tapi, ya udahlah. :D
Ampuuunn nangis Yog baca postingan ini. Entah apa yang ada saat kita di posisi beliau apa sanggup yah? Renungan malam ini. T,T
ReplyDelete:))
DeleteHehe. Maka dari itu, Rul.
nah iyaa bener tuh, gue juga kadang kasian ngeliat nenek-nenek / kakek-kakek yang masih jualan, masih suka angkat beban yang berat-berat demi mencari uang untuk makannya sehari-hari. pengen gitu gue ngasih uang beli dagangan mereka, tapi gausah kembali..
ReplyDeleteHehehe. Semoga beneran diterapkan dalam kehidupan nyata ya, Bro.
DeleteYoga ternyata anak baik, sungguh mulia hatimu nak. Semoga kebaikanmu dibalas 10x lipat. Tumben lo postinganya bener.
ReplyDeleteMungkin Yoga abis pulang wirit ziz.
DeleteAzis : Aamiin ya Rabbal alamin.
DeleteEmang biasanya gue nulis gimana? Nggak pernah bener? :(
Wulan : Wakakak.
terharu banget ya, kadang orang tua sebetulnya memiliki semangat yang lebih besar dari pada anak muda
ReplyDeleteoh ya es krim nya kayanya enak tuh, hehe mau dong
Hehehe, iya. Semangat mereka tinggi, hanya saja tenaga mulai berkurang. :)
DeleteSini aku beliin, Mbak. :D
Lo kalo gowes biasanya ke mana sih yog?
ReplyDeletePaling ke deket-deket rumah aja, Di. Kalo Minggu baru biasanya ikut CFD.
Delete:))
Deletesering baca yang kayak gini :' aku sih kalo ketemu orang orang itu, bisa gakuat. maklum baperan :') untungnya disini kota kecil, jarang ada yang seperti itu, alhamdulillah :'3
ReplyDeleteapa para pejabat dan anak anak muda yang kerjanya gak halal itu gak pernah memperhatikan sekelilingnya, ya? huh miris :'
Wah, bisa-bisa nenek itu yang kasihan sama kamu, ya?
DeleteHmm, entahlah. Urusan mereka mungkin lebih penting. :)
Super sekali Yoga ceritanya. Sangat menggalaukan bwhehe.
ReplyDeleteHehehe. Terima kasih. :)
Deletebaca postingan ini jadi terharu yog :(
ReplyDelete:(
DeleteTerimakasih nenek penjual. Hehe..Btw, kunjungin balik ya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah berkunjung. :)
DeleteIya juga ya kata Azka, ga nyangka seorang bajingan bisa sebaik ini.
ReplyDeleteBtw, aku udah follow instagramnya, kak. :'D
Hahaha. Emang bajingan nggak boleh berbuat baik?
DeleteSuka ngerasa kasian kalau ngeliat orang tua yang usianya udah mulai 60 tahun keatas tapi masih bersemangat jualan. Rasanya pengen banget negborong dagangannya itu tapi ada daya uang tak cukup untuk membeli semuanya :'D
ReplyDeleteIya, seandainya banyak uang, gue borong. Hehehe. Inget gue ini juga agak kekurangan. Ya, sebisa gue aja. :)
DeleteNah itu juga udah lebih dari cukup iya yog :)
DeleteGilak ya ini si Yoga :D tulisannya dalem banget sekarang :D
ReplyDeleteGue kadang juga agak gimana gitu kalau ngeliat orang tua masih bekerja keras gitu, gue aja agak males-malesan :' sebagai manusia kampret, gue malu
Ah, bisa aja ini Mas Feb. :)
DeleteGue juga malu. :(
Wahahaha perkembangan lo jauh banget :D S-I-P deh :D
DeleteKita sama-sama malu :(( kita jodoh :'
jadi ngga tega yaa ,, yang gitu bikin kita jadi mikir .. orang tua aja semangat harusnya kita yang masih dibawah 30 tahun lebih semangat dong yaa :)
ReplyDeleteAYO, SEMANGAT!
DeleteDalemmmm :')
ReplyDeletei-ini cap-caption? Serius? Gile lu ndro. itu lo mau jadiin instagram sebagai mikroblogging juga? hahaha. untung deh gua gak follow lo. tapi kalau lo mau follow gua silakan di @azeegha ya.
ReplyDeletebtw, nenek itu memberi pelajaran kalo usia tidak menentukan seseorang produktif atau gak. niat dan keadaanlah yang menjadikan produktif
Hahaha. Hobi nulis gue keterlalu, ya?
DeleteSampe curhat di IG. XD
Lu follow duluan, dong!
Azeg!
Yog, aku udah follow IGnya. Follow balik @daraagusti bisa kali huahaha xD
DeleteSalam kenal ya.
ReplyDeleteTulisannya menarik. Tapi tapi, malam-malam beli es krim bukannya dingin berganda ya? Ini perlu masuk pesan moral juga hehe.
Ahaha. Gak juga, kok. Es krim bisa dinikmati kapan saja. :D
Deleteduh, neneknya jualan di daerah mana?.. -__-. org2 yg begni nih yg bikin salut..masih mau kerja drpd ngemis... Ga ush minta kembalian kalo beli dr mrk Yog :D Berkah loh... :)
ReplyDeleteWaduh, baru sempet bales tulisan lama banget ini.
DeleteDi daerah Kemanggisan, Mbak. :D
Lain kali deh, Mbak. Saya waktu itu juga lagi bokek. Wahaha.
—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.