Jam Tangan

Tik.. Tik.. Tik.. Begitulah terdengar bunyinya, detiknya terasa satu-satu membuat waktu berputar sangat lama. Jarumnya terus berputar 360 derajat setiap menit, seperti mencari sesuatu yang hilang..

Dari angka 1 hingga 12. Ia terus berusaha mencari angka 22. Angka yang tidak mungkin ditemukan. Iya, karena jam  tanganku bukan jam tangan digital.

Hanya mentok di angka 12, tidak akan pernah ada angka 22 itu.. Ya 22 adalah sebuah angka yang merupakan tanggal kami menyatukan hati.

Mungkin jam ini pun merindukan, bahkan menginginkan sang pemberinya bisa kembali lagi, dapat bersama lagi dengan yang memakai jam ini. Hmm iya, aku dan dia bersatu lagi.

Meskipun kini, tidak pernah ada lagi ucapan "selamat pagi" darinya di setiap pukul 06.00. Lalu "selamat siang, selamat makan siang" pada pukul 12.15. Hingga menanyakan "target nggak hari ini? Hati-hati ya di jalan" pada pukul 16.30

Semua kebiasaannya menjadikan sebuah  kebutuhan. Mungkin saat ini dirinya tak lagi mengingatkanku beberapa hal-hal sederhana pada setiap waktu. Tapi jam inilah yang mengingatkanku, seolah-olah ia adalah sebuah alarm khusus darinya..

Jarumnya akan terus berputar, dan selalu ke arah kanan. Karena waktu akan terus berlanjut, jangan biarkan jarumnya ke arah kiri.. Sebab, nanti aku akan terjebak dengan masa lalu.

Walau tak ada lagi pelukan hangat darinya, namun jam ini akan selalu memeluk erat pergelangan tanganku. Meskipun kini aku dalam kesendirian, tetapi jam ini terus menemaniku di setiap waktu.

Terkadang jam ini lucu, dia sering mengingatkanku akan pesanmu dulu.

"Semoga kamu suka kadonya, jangan suka buang-buang waktu buat hal gak berguna."

Tenang saja, jam tangan ini akan selalu aku pakai atau simpan, agar semua hal tentangmu selalu mengingatkanku.. Terimakasih :)