Gimana, sih, dua orang bisa bertemu dan saling jatuh cinta?
Kalau di FTV atau sinetron mah udah jelas. Gak sengaja tabrakan di area kampus, lalu buku-buku si cewek terjatuh ke lantai. Di saat itulah si cowok langsung berpikir untuk membantunya. Kemudian tangan mereka tidak sengaja bersentuhan, yang dilanjutkan dengan saling tatap-tatapan, setelah itu mereka kenalan. Dan beberapa hari berikutnya mereka akhirnya jadian.
Bangke.
Segampang itu, kah? Ini mah lebay, anjir! Di kehidupan nyata, kemungkinannya nyaris gak mungkin.
Nah, tentu saja ketika gue bertemu dengan seseorang nggak akan mungkin seperti itu. Kalaupun hal itu terjadi, gue yakin si cewek bukannya berujung dengan kenalan sama gue, tapi malah bilang, “EH, GOBLOK! KALO JALAN PAKE MATA DONG!
Yang kemudian akan gue jawab, “Jalan pake kaki, Mbak.”
Saat itulah gue bakalan digampar, bukannya jadian. Huhuhu.
Entah bagaimana proses pertemuan itu terjadi, gue punya satu cerita pertemuan dengan seorang perempuan yang rasanya begitu menyenangkan sekaligus membahagiakan untuk diingat-ingat.
*
Semua bermula pada awal tahun 2016 dan rasanya seperti sebuah kebetulan. Kebetulan, hari Minggu itu gue diajak oleh seorang teman, Dzalika Chairani (yang biasa dipanggil Uni), untuk menghadiri acara launching buku antologinya.
Gue janjian dengan beberapa teman blogger. Selain itu, gue juga janjian bersama Santi, seorang teman yang kenal dari Twitter. Siang itu, Santi tidak datang sendirian seperti pertama kali gue bertemu dengannya. Kali ini ia mengajak temannnya, ya mungkin karena malas datang sendirian.
Saat sedang asyik mengobrol dengan Darma, teman blogger yang duduk di samping gue, tiba-tiba Santi berkata, “Yog, masa kata temen gue, ‘Temen lu cakep juga, San.’ Gitu.”
“Hah?” kata gue kaget mendengar kalimat Santi barusan. “Gak jelas dah lu!”
“Dih, gue serius tau, Yog.”
Karena gue anaknya nggak gampang terbang, gue pun bersikap biasa saja atau menganggap perkataan Santi itu memang bercanda. Melihat gue yang cuek, Santi pun menggoda gue lagi. "Ajak kenalan dong nih temen gue. Parah lu!”
Tanpa disuruh dua kali, gue pun bangkit dari duduk dan menyalami teman Santi.
“Yoga,” ujar gue seraya mengulurkan tangan
“Putri,” balasnya dan menjabat tangan gue.
Seperti itulah sebuah perkenalan gue dengannya. Bertemu seseorang karena dia adalah temennya temen gue. Tidak seperti di sinetron-sinetron atau FTV yang harus tabrakan terlebih dahulu, namun di sebuah kafe di bilangan Jakarta Timur ketika tidak sengaja bertemu saat menghadiri acara launching buku.
Tapi, ceritanya tidak hanya selesai sampai di situ. Kami berdua memang tidak mengobrol pada awalnya. Gue juga tidak begitu penasaran dengannya. Karena sejujurnya, gue memang lagi malas menjalin hubungan pada waktu itu. Lagian, ini kan hal yang wajar. Kami berkenalan disebabkan karena mempunyai teman yang sama. Bisa terjadi di mana saja bukan hal seperti ini?
Lucunya, begitu acara selesai, saat gue masih betah dan ngobrol-ngobrol di area luar kafe, HP gue tiba-tiba berdering. Gue pun mengambilnya dari saku celana kiri. Terdapat panggilan masuk dari Santi.
“Ya, assalamualaikum. Kenapa, San?”
Ia pun ngomong dengan suara yang terdengar cukup panik. Santi pun mengatakan kalau HP Putri yang sedang di-charge ketinggalan. Gue disuruh untuk melihatnya. Maka itu, gue pun berlari ke dalam kafe.
“HP-nya ada,” ujar gue.
“Ya udah, tolong simpen dulu ya, Yog,” jawab Santi. “Gue sama Putri otw sana nih.”
Klik. Telepon ditutup. Dan gue kembali melanjutkan obrolan bersama temen-temen blogger sambil memegang HP-nya Putri. Selang beberapa menit, barulah Santi dan Putri muncul. Gue pun segera menyerahkan HP tersebut.
“Makasih, ya,” kata Putri. Suaranya begitu lembut. Terdengar begitu adem di telinga gue. Gue hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman.
*
Suatu sore, sepulang kuliah Santi mengontak gue. Dia mengajak gue datang ke acara Malam Puisi di kafe yang sama seperti sebelumnya, Jung Coffee. Karena merasa begitu letih, gue cuma bisa tidur-tiduran di kamar sambil membaca novel.
Namun, mengingat malam Minggu yang rasanya akan sangat menyedihkan bila gue hanya berdiam diri di rumah, maka gue pun memutuskan untuk mengiyakan ajakan Santi datang ke acara pembacaan puisi itu.
Sesampainya di sana, gue langsung memilih kursi yang terdapat colokan di dekatnya. Gue menaruh tas, kemudian memanggil pramusaji untuk memesan makanan. Gue memilih kentang goreng dan es teh manis. Maklumlah lagi berhemat. Sambil menunggu pesanan itu datang, gue mengeluarkan buku Rasa Cinta dari dalam tas dan mulai membacanya. Lagi asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba fokus gue terganggu oleh suara seorang cowok yang sedang mengetes mikrofon. Belakangan diketahui, dia adalah MC acara Malam Puisi Jakarta.
Gue melanjutkan membaca buku dan terlarut dalam ceritanya. Tak lama setelah itu, HP gue bergetar. Fokus membaca pun hilang. Gue mengecek HP, ada WhatsApp dari Santi. “Ah, bawel lu! Kalo gak ikut diem aja!"
Sial. Emang sih dari tadi gue nanya mulu, tapi kan gue akhirnya datang, woy! Jadi, ceritanya gue memang iseng ngerjain dia kalau malas datang ke acara ini. Sekitar 5 menit berselang, gue melihat dua orang cewek yang baru saja masuk kafe. Salah satu dari cewek itu juga melihat gue dengan tatapan kesal dan langsung menghampiri gue.
“Okay fine, Yog! Lu ngibulin gue.”
Ya, cewek itu adalah Santi. Dia langsung marah-marah nggak jelas dan protes sama gue. Gue hanya ketawa-tawa berhasil mengerjainya.
“Sini, Put,” kata Santi memanggil temannya. Putri, seorang cewek berkerudung dan berkacamata yang sebelumnya bertemu dan berkenalan gue di kafe ini.
Semesta mempertemukan kami kembali. Kami pun duduk bertiga dan ngobrol-ngobrol soal Malam Puisi. Santi bercerita mengenai pengalamannya membaca puisi di malam Minggu kemarin. Saat sedang seru-serunya ngobrol, pramusaji datang mengantarkan pesanan gue.
Mereka berdua kemudian gantian yang memesan menunya. Santi cuma memesan macchiato, sedangkan Putri memesan menu yang hampir sama dengan gue. Lemon tea dan french fries.
Kami bertiga mengobrol beberapa topik. Dari mulai acara Malam Puisi minggu kemarin, hingga ke perkuliahan. Beberapa saat kemudian, Santi memanggil Danis (seorang teman yang sudah terbiasa tampil baca puisi) untuk mengajarkannya. Kala Danis dan Santi sedang asyik membahas puisi, Santi mendadak menyenggol lengan gue dan bilang, “Yog, temen gue diajak ngobrol dong. Jangan didiemin.”
Ya, kampret emang. Bikin malu gue aja. Gue pun akhirnya mengajak ngobrol Putri. Bodohnya, gue memilih topik skripsi sebagai pembuka obrolan. Gue emang udah lama nggak ngobrol sama cewek yang baru kenal. Ya, tapi nggak gini juga, sih. Playboy macam apa yang ngajak ngobrol cewek bahasnya skripsi?
*
Gue sudah tampil membacakan dua buah puisi, “Pertelevisian” dan “Pelukis Senyum Manis”. Yak, ketika maju tentu saja gue grogi mampus. Apalagi tangan gue yang memegang HP itu gemetaran bukan main.
Anyway, gue telah berhasil tampil. Ada kebahagiaan tersendiri karena berhasil menaklukkan rasa takut tampil di depan orang banyak. Beberapa saat setelahnya, barulah Putri tampil. Ia membacakan puisi gue yang begitu singkat. Anehnya, di penutup ia menyebutkan kalau itu puisi gue sambil memandangi gue. Sejak itulah gue ada rasa penasaran terhadapnya.
Sepulang dari kafe, saat gue mengendarai motor di tengah-tengah banjir kampret ini, gue mendadak berpikir sejenak dan kemudian tertawa. Membayangkan apa jadinya kalau gue malam ini nggak ikut acara Malam Puisi. Tentu saja, pertemuan kedua ini nggak akan pernah ada. Atau gue berpikir kembali ke belakang, kalau waktu itu tidak menghadiri acara launching buku Hilangnya Maryam, mungkin gue gak akan pernah mengenalnya. Tampaknya semesta memang suka berkonspirasi.
--
Rabu, 14 September 2016, setelah Subuhan.
71 Comments
Pantes kayak pernah baca tulisan ini. Tapi lupa di mana. Baru inget, ini tulisan di tumblr lu, Yog. Wkwkwkwk
ReplyDeleteAwal pertemuan yg unik. Putri dan Santi. Huahahahaaa
Kenapa gapake nama Rani lagi, Yog?
Akhirnya akbaryoga(dot)com bisa diakses lagi di kompi :')
Delete*potong tumpeng*
DeleteMuahaha. Gak sempet nulis nih lagi padet banget jam kerja. Jadi draft lama. :)
DeleteKarena nama Rani udah rusak gara-gara es krim.
Kok bukan mesum sih? Versi mesum dong. Ahahahahaahah...
ReplyDeleteJung coffee itu deket dari rumah, tapi belum pernah kesama.
Janganlah. Sesekali blog ini kudu bersih. :)
DeleteWah, bolehlah kita ketemu di sana!
Cieeee, Yoga...
ReplyDeleteRomantis, yak. APalagi pas dia menyebutkan namamu sambil memandang wajahmu. *halah. :v
Itu si Putri coba suruh gabunng grup blogger di WA dong. Wkwkkww
Eaaak.
DeleteJangalah! Dia bukan blogger :)
Ini udah jadi draft lumayan lama ya, Yog. Terus2 gimana hubungan lo sekarang? Lanjut apa cuma sampe sana aja? Semoga lanjut, Yog. Udh lama banget lo dibully jomlo soalnya
ReplyDeleteMuahahanjirrrlaaaah. Masih zaman bully jomlo? Lanjut dong, gue mau nikah!
DeleteAduh postingan kasmaran nih ceritanya. Hmmm
ReplyDeleteItu yang HP nya Putri ketinggalan dan lo temuin kayaknya emang sengaja deh, biar Putri bisa ketemu lagi sama lo.
Terus yang pesennya hampir sama kentang goreng sama teh manis, cuma bedanya dia Lemon, juga sengaja kayaknya.
Biar bisa elo tulis disini.
EA !! Gencarkan senjatamu sekarang anak muda !!
Kayaknya Tuhan memang punya rencana. :)
DeleteMantaaap lah~
Udah pernah baca di Tumblr, tapi manisnya tetap terasa. Semesta mempertemukan kalian :)
ReplyDeletePertanyaanku sama nih kayak Wulan. Kenapa pake nama Putri? Kenapa bukan Rani? Eh. Rani itu buat edisi es krim ya, Yog? BRAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.
Jarang-jarang ya, tulisan gue bumbunya manis gini. Ehehe.
DeleteIya, Rani edisi es krim. Wakakak
hwahahahahha ikutan ngakaaaaaaaaaakkkk liat komennya icha
DeleteJustin: Kamu bisanya ketawa aja, ya!
DeleteSaya kayaknya dulu baca pos kamu yang bahas malam puisi itu. Ini versi penuhnya ya. Manis sih. Saya ngebayangin Putri ini suaranya imut. Terus giginya kecil-kecil kayak gigi buaya.
ReplyDeleteIya. Ini dua cerita digabung jadi satu. :)
DeleteAnjirlah, gigi kadal aja sekalian!
Wkwk ini mah Putri gigi kecil-kecil Putrinya Kak Haris dulu wk.
DeleteIni manis banget, Mas Yog. Aku senyum-senyum bacanya. Sejenak aku melupakan bahwa yang nulis ini adalah orang yang sama dengan yang nulis Eskrim.
Yang penting apa yang ditulis bukan siapa yang nulis.
Mantab! Lanjutkan ngeblog, Mas.
Wahahaha. Oh, gitu toh~
DeletePlis, tulisan Es Krim itu adalah sebuah kekhilafan. :')
Thanks, Mbum!
ciee jadi ngaku playboy nihh... :D
ReplyDeletegue kira endingnya bakalan jadian.
Ending-nya nikah. Muahaha.
DeleteSenyum-senyum sendiri gua baca ini. Ciye Yogaaa..
ReplyDeleteKemudian Yoga bales: Gak jelas dah lu!
Saran aja nih yog, jangan jadi playboy ntar kualat, mending jadi seorang kapiten. enak punya pedang panjang.
Ehehe. Gak kok, Ta. Udah capek jadi playboy. Mau jadi blogger sejati aja.
DeleteKelanjutannya gimana nih cees? Sempat pacaran dengan Putri?
ReplyDeleteMungkin ini yang namanya ATD (Asmara Tidak Disengaja). Datangnya tiba-tiba, tanpa direncanakan. Yoo ah mari kita bersantai sejenak.
Masih sampe sekarang. :))
DeleteEhehe ATD, bisa aja nih ceesku~
Wohooow, ini udah pintu gerbang menulis PeLit. Kalo Bang Yog nulis buku, bisa nebak ceritanya bakal begini. Komedi pake mesum dipertahankan nggak nih? :))
ReplyDeleteYang puisi Pertelevisian kayak pernah baca deh. Kalo nggak salah pernah ditulis juga di sini.
Hmm, susah nerbitin memoar kan, Rob. Bukan seleb, belom terkenal. Apalah aku ini. :(
DeletePertahanin dong! Mungkin dibuat lebih halus aja.
Ini ceritanya bener-bener FTV abis. Tapi non fiksi. Aku seneng kalo baca postingan yang isinya "berbunga-bunga", walau nggak dapet uang bunga.
ReplyDeleteTerus kelanjutan Bang Yog dengan Neng Putrinya gimana? Emang nih, berkat Santi kalian berdua bertemu. Apa sengaja kali ya dipertemukan? Huahaha
Kalo ada kelanjutannya, lanjutin dong Bang hehe
Senengnya kenapa? Jahaha.
DeleteUdah ada kelanjutannya, tapi maunya jadi buku aja. :p
Baru kali ini gue baca tulisan elu senyum" sendiri. Sisanya tulisan mesum sih coy.
ReplyDeleteAsik ya kalo punya kenangan pertemuan kayak gni. Gue jdi penasaran siapa sebenrnya sosok putri itu. Hmm
Besok" ajak ngomongin hal berbau mesum aja kalo ketemu sama putri lagi ya, yog
Gue kok bikin tulisan kayak gini diprotes, ya? :(
DeleteIde yang bagus, Zi!
Putri ini bukan nama sebenarnya, ya? Putri ini di anu? Oh, jadi gini toh awal mulanya? Leh ugha. First move ya si anu hehehe
ReplyDeletePas launching buku itu gue gak dateng, sih, lagi KKN. Padahal diundang juga sama Uni. Jadi gak bisa jadi saksi mata perjalanan cinta Yoga kayak Darma deh. Eaaak~
Ya, lu taulah nama aslinya. :)
DeleteWakakak. Kasihan gak bisa dateng, yowes jadi saksi atas kisahmu sendiri aja~
Ebuset. Ngomongin skripsi ._.
ReplyDeleteKhilaf. :(
DeleteBerjilbab, imut, berkaca mata, suaranya lembut. Awalnya gue mikir, ini fattin x-faktor kah yg yoga maksud, ternyata salah. Yahhhh. Gue memang bukan penebak yg handal.
ReplyDeleteGak perlu menebak-nebak. :)
DeleteOh,, yoga jatuh cinta, kasian yah ceeweknya.. hahaha
ReplyDeleteTAIK!
DeleteIni cewek yg mana lagi, Woooooi!!!
ReplyDeleteYg wisudaan kemaren teh sahaaa?
Iya, itu! Kan namanya disamarin sesuai permintaan dia. Ehehe~
DeleteIni yang eskrimnya enak itu, Yog?
ReplyDeleteHmmmm kayaknya lu aslinya emang cupu, ya. Ada cewek bukannya diajak ngobrol malah didiemin. Cih.
GAK ADA HUBUNGANNYA SAMA ES KRIM WOY!
DeleteBukan gitu. Tapi gue lagi grogi mau tampil baca puisi. :')
CIYEEEEEE YOGAAAA.
ReplyDeleteLucu yaa, emang udah jodohnya kali tuh haha. Baik baik deh semoga beneran jodoh :D
Aamiin ya, Rabb. Makasih ya, Sabil! :)
DeleteGue mau coba nyari kafe yang nyediain es teh manis di Pekanbaru.
ReplyDeleteSoalnya belum pernah nemuin es teh manis, paling murah ya lemon tea.
Loh, saya bukan di Pekanbaru, Mas. Maksudnya gimana? Saya di Jakarta~
Deleteeaaaaa, bacanya seru, jadiin jadiin langsung!
ReplyDeleteJadiin apa nih? Novel?
Deletejudul postingannya kaya judul apa gitu ceritanya siapa gitu gue lupa
ReplyDeletejadi dia baca puisi lo sambil modusin lo dong, Yog? ena bangat anjir. tanpa usaha uda didukung semesta.
sementara gue....
...
...
....
..
.
.
.
.
.
Plesetan dari film luar, Tom. :)
DeleteWahahaha. Semesta mendukung~
Hm....
Yah ga ada adegan es krim. Gue kecewa
ReplyDeleteUdaaaaa!
DeleteYoga melebarkan sayap nih! *keprok* kalau jadian jangan rusuh ya wkwk
ReplyDeleteDiem-diem udah jadian. XD
DeleteManis juga, yah.
ReplyDeleteEhehe.
DeleteJadi siapakah si Putri yang sudah bikin Yoga diem aja kayak Limbad ini?
ReplyDeleteTanya Uni sama Danis, ah.
*siul-siul*
Woalah. Tulisanku yang ini dibacaaaaaa. Blogku sampe dikunjungi Kakang Rido. Terharu. :')
DeleteWahaha. Jangan oy!
ini cewek yang lo temenin wisuda juga bukan yog ? yang jadi bahan ghibahan anak-anak :))
ReplyDeleteAtau lain lagi ?
Anjissss. Iya, dia. :)
DeleteDuh, bangkheee! Kagak ada lagi yang lain. Gue gak sebajingan itu. :(
Ini dari tadi nungguin nama rani disebut lho?
ReplyDeleteudah ganti nih raninya jadi putri?
Yhaa, masih cukup ftv sih ceritanya. ftvan gue deh, yang sundulan sama senior pas beli cilok. Sialnya kalo ganti kelas suka papasan lagi. :')
Image Rani masih buruk gara-gara Es Krim. Tar aja deh. :(
DeleteWoahaha. Taek sundulan beli cilok. XD
Wakakak. Bisa aje si Mayang! :))
ReplyDeleteBukan.
ini cewek yang kau temenin pas datang ke acara pameran lukisan itu kan yog? :D
ReplyDeleteEhehe. Iya, Fan. :)
DeleteEh, ini yang kemaren dijemput kondangan setelah event?? Pic nya donk mas yog :-)
ReplyDeleteBisa cek di Instagram saya, Mas. :p
Deletekamu romantis juga yaaa sepertinya :D.. walo cowo ngakunya ga romantis, tp kalo dia sampe bikin tulisan dari awal ketemu ama pacarnya gmn, mnrtku sih cukup romantis ;) .. moga langgeng deh Yog :D .. abis kuliah lgs nikah aja , bawa rezeki itu ;).. aku aja nikahnya pas msh kuliah, walo kemudian gagal wkwkwkwk...
ReplyDeleteAhahah. Jadi malu saya, Mbak. Iya, mungkin saya gak romantis. Tapi saya selalu menuliskan hal-hal yang menurut saya itu manis. :)
DeleteAamiin ya, Rabb.
Wakakak. Yang penting, kan, udah nikah. :p
—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.