/0/
Rasa kehilangan bisa berwujud ponsel iPhone 4 yang telah bertahan sekuat tenaga selama 5 tahun penuh dan kini mendadak mati saat baterainya 60%, serta fakta tentangnya bahwa tahun depan kau tak bisa lagi menggunakan WhatsApp, juga memori akan 4 perempuan yang pernah memanggilmu “sayang”.
Satu per satu gambaran itu muncul dan mengubrak-abrik kenangan yang mulanya sudah kausembunyikan dengan rapi di lemari otakmu.
/1/
Datanglah momen ketika kau menulis pesan terakhir kepadanya, “Semoga kamu suka sama kadonya,” sehabis dirimu gagal mengajaknya rujuk kembali karena dia lebih memilih minggat bersama laki-laki lain.
“Terima kasih. Pas sekali jaketnya dan aku suka warna merah. Tumben kali ini tak ada tulisan selamat atau rangkaian kata puitis kayak kado-kado sebelumnya?”
Pertanyaan itu ingin sekali kaujawab, tak ada lagi cerita maupun puisi untukmu setelah dirimu memutuskan pergi, Manisku. Namun, teks itu akhirnya kauhapus seluruhnya sembari diam-diam berharap agar bisa juga menghapus perasaan sayang yang masih tersisa.
/2/
Lalu, bagaimana kau juga gemar menatap layar dan rela telingamu terasa terbakar sewaktu teleponan selama berjam-jam demi memangkas jarak dan rindu yang tak terbendung lagi.
Bagimu pacaran jarak jauh adalah kisahmu yang paling gagal sebab kangen sering mendatangkan gigil. Tapi yang lebih kausadari, kau rupanya tidak benar-benar mencintainya. Kau hanya merasa tidak enak untuk menolak ketika dia jujur soal isi hatinya lewat rekaman lagu yang dia kirimkan pada tengah malam menjelang kau tidur.
Kau tak tahu apa alasan sebenarnya sewaktu menerimanya. Apakah karena kau tertipu oleh sikap manis yang belum ternodai oleh rasa pahit kala kalian bertemu? Atau itu hanya salah satu upaya mengobati kesepianmu?
/3/
Masih ingatkah kau tentang hari pada saat kau dan dia gemar berfoto sebanyak belasan kali dengan pose yang nyaris tak ada bedanya? Kalian tidak peduli akan hal semacam itu, yang penting momen bahagia mesti diabadikan seakan-akan tak ada lagi hari esok.
Hari esok yang mendatangkan cerah memang tidak pernah ada. Sisanya hanya langit gelap, guntur yang mengacaukan gendang telinga dan mematahkan relung hati, serta hujan yang tiada habisnya.
Sebab dia tidak pernah paham, atau mungkin kesulitan menerjemahkan pandangan matamu yang menatapnya dengan penuh welas asih. Kau terlalu takut berbicara. Kau berpikir kelewat pusing bagaimana menjelaskan persahabatanmu yang tidak lagi murni saat pertahananmu runtuh mendengar ucapan “sayang” keluar dari mulutnya. Kau tidak pernah tahu, bentuk sayang dia terhadapmu cuma sebatas seorang sahabat atau lebih dari itu. Yang terang di antara kalian berdua, kebersamaan itu akhirnya sirna.
/4/
Lantas yang tidak kalah penting, bagaimana kau mengetik dua buah puisi sebagai pertanyaan soal cinta yang memudar dan salam perpisahan sekaligus permintaan maaf telah melanggar janji untuk selalu kuat dari hari ke hari, dari hati ke hati.
Kau masih bingung siapakah yang benar-benar salah antara kau dan dia. Apakah betul setiap kali mendongeng kau menyemburkan racun, sampai-sampai dia tertular virus negatif? Atau dia yang kelewat jenuh dengan kekurangan dirimu, sebab telah menemukan harta karun pada diri orang lain?
Daripada mencari tahu jawaban tersebut, bukankah lebih baik merenung bahwa kalian berdua sungguh bajingan yang tak punya kesadaran diri? Kau kelewat berisik untuk menjadi seorang pencerita, lalu dianggap tak punya kemampuan untuk mendengarkan; sedangkan dia mempertahankan sifat cuek dengan segala omong kosong yang dipendam sendirian, lantaran selalu merasa payah dalam urusan berbagi ataupun bertutur.
/5/
Sebagaimana alat itu perlahan-lahan rusak, kau kadang ingin kenangan tentang mereka juga musnah dari kepalamu. Kau sadar kalau kangen terhadap masa lalu itu merupakan luka dan duka yang paling menjengkelkan. Kau sanggup berpisah dengan mereka, tapi sampai kapan pun tak akan pernah bisa kabur dari kejaran ingatan manis yang sempat membekas di hati.
Adakah cara lain selain membiarkannya, menikmati sesaknya, hingga sakit itu perlahan-lahan lenyap sendiri? Lalu kau pun dapat berkelana sebebas-bebasnya tanpa repot-repot memikirkan batasan waktu, sampai akhirnya bisa menemukan orang lain yang cocok. Kau pun berniat mengukir kisah baru yang nantinya tidak ada lagi perpisahan selain kematian. Kemudian, dari bisikan hati yang tersembunyi, kau juga masih berharap suatu hari kelak dialah perempuan manis yang menjadi kekasih paling awet tanpa campuran boraks dan formalin.
--
Tulisan ini pernah saya muat di blog lainnya. Saya sengaja mengisinya lagi di sini karena bulan Oktober blog ini akan khusus membahas tentang cinta. Lalu, nanti tanggal 5, saya dan beberapa kawan bloger ingin melupakan persoalan negara yang genting ini sejenak dengan bikin tulisan bertema romansa remaja (masalahnya yang remeh-remeh, seperti baru sebatas cemburu atau tidak berani mengungkapkan perasaan atau orang yang kita taksir juga disukai oleh teman sendiri, sebagaimana yang bisa kalian temukan di buku-buku teenlit). Selengkapnya bisa cek di kicauan Haw. Mungkin ada yang mau ikut meramaikan.
29 Comments
Berasa kayak lagi nonton High Fidelity hohoho soalnya twntang kumpulan kisah bersama mantan beserta putusnya itu. Aku pwngwn bikin beginian juga tapi isinya tapi kayaknya isinya bakal kebanyakan umpatan deh. Nggak seindah ini :(
ReplyDeleteBener banget. Keingat masa lalu itu luka dan duka yang menjengkelkan huhu. Tapi buat ngelakuinnya aku masih suka huhuhu. Btw jangan pernah berhenti berharap, Yogs. Pasti ada wanita yang manis dan awet (tapi nggak tau kapan sih huhu). Nikmati berteman. Kalau kata filsuf, lemesin aja, dulu...
Bisa menulis tanpa marah-marah atau sedikit menggunakan estetika memang butuh waktu buat berdamai sama masa lalu itu, Cha.
DeleteKalau kehilangan harapan akan cinta, bisa-bisa kehilangan tujuan hidup juga. Hahaha.
Hmmmm. Saya lupa apakah saya punya kisah manis bersama pacar apa engga. Hahaha. Tapi ada sih kisah manis bersama gebetan.
ReplyDelete"...tapi sampai kapanpun tak akan bisa kabur dari kejaran ingatan manis..."
Kalimat ini kok ya bener juga. Pokoknya mari kita isi Oktober dengan hal hal yang manis dan menyenangkan! Hahahaha
Seenggaknya masih punya kisah manis bersama seseorang. :D
DeleteKarena bulan lalu sudah terlalu banyak kebencian.
Gue pikir baca ini dejavu. Ternyata pernah baca di blog satunya haha.
ReplyDeleteTulisan di sana jangan dibaca semuanya, Yan. Enggak penting.
DeleteYg pertama kyk gambarnya karina, eiya bukan yak huhui, sotoy gw
ReplyDeleteBukan, Mbak. Itu teman sekelas saat kuliah. Karina kan pakai kacamata. Selama ini saya baru pernah pacaran sama satu bloger. Yang nomor dua itu.
DeleteSaking keponya gw sampai mencari tulisan yg ada kayak di hutan mangrove, e ketemu tulisan tahun 2014, yg di hutan mangrove eng ing eng itu yg nomor 3 hueheheheheeh
DeleteSaya sendiri lupa pernah menulis itu, Mbak. Gila juga, betul-betul lima tahun telah berlalu.
DeleteKalau kata temen gue sih, nikmatin aja sakitnya, time will heal you either way. Damai dulu sama diri sendiri baru mulai lagi dengan yang baru. Jangan gegabah, apalagi sampai menarik yang baru itu ke dalam peliknya masalah yang sama sekali enggak dia pahami.
ReplyDeleteKENAPA SERIUS BANGET SIH ANJING
DeleteWkwkwkwk...Lu banget
Deletekayaknya yang sering di Putusin...
Ini udah berdamai, Man. Orang yang berusaha dicari-cari juga belum kunjung ketemu. Kalau sampai tahun berganti tidak juga ketemu, saya mungkin bisa menemukan yang lain.
DeleteHahaha taiklah si Adhi.
DeleteGue berusaha mencerna "yang lain" yang lu maksud, dulu...
"Yang lain" di sini ialah membuka diri sama orang baru. Entah siapa pun. Biarkan waktu yang menjawab. Kalau sekarang kan masih fokus mencari mbaknya. Walau kemungkinannya tipis amat. Haha.
DeleteMove on dulu aja, Man. Gak udah nyari pelarian buru-buru, capek bos.
DeleteSemangat pak Yoga. Mbak-mbak kuning menanti perjuanganmu~
Mau ikutan nulis dong. Tapi gamau ngepost di tgl yang sama. Wkwkwk.
ReplyDeleteJadi, dari nomer 1 - 5 yang udah Yoga ceritain ke aku nomer berapa aja nih hahahahaha ditunggu cerita nomer 6 nya ya ��
Silakan, Teh. Yang penting bisa ikut meramaikan bulan penuh cinta. Hahaha.
DeleteBaru nomor 1-2. Nomor 5 itu kan mbak manis kemeja kuning yang masih dalam pencarian.
Kalau tebakan saya tidak salah, Photoscape, kelima-limanya. Benar bukan?
ReplyDeleteHmmm.....berbeda dengan Yoga yang gabisa bayangin gimana taaruf, saya ga bisa bayangin gimana rasanya punya memori manis dengan banyak orang.
Ketakutan pribadi saya, itu gimana kalau teringat-ingat kelebihan mantan yang justru menjadi kekurangan pasangan yang sekarang.
Betul sekali, Zah. Karena saya lagi malas ngedit pakai Photoshop. Itu Photoscape paling simpel, meski kurang rapi efek blurnya. Wahaha.
DeleteRasa manisnya bisa mendadak pahit ketika lagi rindu-rindunya, tapi sadar itu enggak akan mungkin terulang. Salah dua caranya mungkin dengan berdamai sama masa lalu itu, lantas membuat momen manis baru yang lebih manis.
Jangan sampai kekurangan pasangan kita cari ke diri orang lain, sih. Bahaya kalau pengin bernostalgia sama mantan. Bisa-bisa jadi perselingkuhan. Kita sebisa mungkin mesti menutupinya lewat penerimaan dan kesadaran diri yang juga banyak kurangnya.
Sepertinya gadis yang di nomor 1 banyak membuat saya ketawa saat mendengar kisahnya. xD masih sangat manis dan polos hubungan kalian.
ReplyDeleteYang nomor 5 ini yang berat sih. menemukan dan kehilangan sekaligus. Bagaimana hasil pencariannya sampai saat ini Bapak Yoga? Sudah menemukan qlue dia siapa dan anak mana sebenarnya?
Maklum, itu usia saya masih 19 tahun. Ahaha.
DeletePencariannya lumayan ada hasil. Wajahnya sedikit-sedikit muncul lagi di ingatan. Tapi tetap belum ketemu namanya maupun akun media sosial. Firasat saya dia anak Jakarta Pusat atau Selatan.
apa lah dayaku yang udah umur 18 tahun tapi belum punya mantan!
ReplyDeletebtw jangan lupa mampir gaes AORLIN(.)com
Teman saya ada yang udah usia 22 dan belum punya mantan. Punya banyak mantan juga bukan sebuah prestasi, kok.
DeleteWaaaaaaaaaa, mantan Yoga limaaaaaaaaa. Jagoan.
ReplyDeleteEnggak semua yang ada di nomor itu mantan, Feb. Ada yang cuma sebatas sahabat jadi cinta, tapi tak ada status lebih; ada juga yang masih dalam pencarian.
DeleteWaw.
ReplyDeleteDedek ga punya komentar apa2 selain pengen ngasih rekomen buku. Judulnya bid time return, karangan matheson.
Kira2 gini premisnya:
Penulis > hidup & kesehariannya suram > ga sengaja ngeliat foto cewek > sedetik kemudian naksir > galau dong pengen ketemu > tp mustahil > cari cara deh lompat waktu ke abad 19 biar bisa ketemu > berpetualanglah dia sambil nulis jurnal
Gmn udah nyerah belom nyari mbak jaket kuningnya? Baca ini dulu cees kali aja dpt inspirasi ha ha
Wuhu, makasih rekomendasinya, Ce'es. Nanti ketika buku yang lagi saya baca ini kelar, bakal saya coba lahap.
DeleteMenyerah sih belum, ya. Tapi capek juga udah usaha banyak dan belum ketemu juga. Wahaha.
—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.