Keisengan menerjemahkan puisi Charles Bukowski Cara Menjadi Penulis Gacor kemarinan itu rupanya berlanjut karena dalam dua hari ini saya ngabubu-read dengan menikmati buku puisinya yang berjudul On Love. Dari beberapa sajaknya yang dapat saya pahami, mayoritas berbentuk puisi cinta. Di antaranya ada yang ditujukan buat istrinya, anak perempuannya, mantan pacarnya, cinta pertamanya, selingkuhannya, perempuan asing yang dia ajak cinta satu malam, lonte, editor bukunya, bahkan kritikus. Berhubung sebagian puisi Bukowski menjurus vulgar dan saya tak ingin mengisi blog ini dengan terlalu banyak kata jorok pada bulan Ramadan, saya sengaja memilih puisi-puisi yang tergolong aman saja.
Pengakuan
menunggu kematian
seperti kucing
yang akan melompat ke
atas ranjang
aku sangat meminta maaf
kepada istriku
dia akan melihat ini
tubuh
putih
kaku
menggoyakannya sekali, lalu
mungkin
lagi:
“Hank!”
Hank tak mau
menjawab.
bukan kematianku
yang mencemaskanku,
melainkan istriku
yang meninggalkan
gundukan
tak berisi apa-apa.
aku ingin
memberi tahu
meskipun
bahwa sepanjang malam
tidur
di sampingnya
bahkan argumen
tak penting
adalah hal-hal
yang aduhai banget
dan yang sulit
ialah kata-kata
aku pernah takut untuk
mengatakan
yang kini bisa
dikatakan:
aku mencintaimu.
Puisi Cinta untuk Marina
gadisku berumur 8
dan itu cukup tua untuk mengetahui
mana yang lebih baik atau lebih buruk
atau apa pun
jadi aku bersantai di sekitarnya dan
mendengar berbagai hal yang mencengangkan
tentang seks
kehidupan pada umumnya
dan kehidupan pada khususnya;
kebanyakan itu sangat
mudah
tapi aku menjadi seorang ayah ketika kebanyakan pria
menjadi kakek, aku pemula yang sangat terlambat
dalam segala hal,
dan aku berbaring di rumput dan pasir
dan dia merenggut dandelion
dan menempatkannya di rambutku
sementara aku tertidur di angin laut.
aku terbangun
menggeleng
mengatakan, “apaan, sih?”
dan bunga jatuh di atas mata
dan di hidung
dan di bibirku.
aku menyisirnya
dan dia duduk di atasku
cekikikan.
putriku,
benar atau salah,
aku mencintaimu,
hanya saja terkadang
aku bertindak seolah-olah
kau tidak berada di sana,
tapi ada pertengkaran dengan wanita
catatan tertinggal di meja rias
pekerjaan pabrik
ban kempes di Compton pada jam 3 pagi,
semua hal yang menjaga
orang-orang dari
saling mengenal dan
lebih buruk dari itu.
terima kasih untuk
bunga-bunganya.
Malam Ini
“puisimu tentang gadis-gadis itu akan tetap ada
50 tahun dari sekarang ketika gadis-gadis itu pergi,”
editorku meneleponku
editor yang terhormat:
gadis-gadis itu tampaknya sudah minggat
aku paham maksudmu
tapi beri aku satu wanita yang benar-benar hidup
malam ini
berjalan melintasi lantai ke arahku
dan kau dapat memiliki semua puisi
yang baik
yang buruk
atau apa pun yang mungkin kutulis
setelah ini.
aku paham maksudmu.
apa kau paham maksudku?
Semacam Jawaban buat Kritikus
seorang cewek mungkin akan berjumpa dengan seorang cowok
karena cara dia menulis
dan segera cewek itu mungkin akan menyarankan
cara lain untuk menulis.
tapi jika cowok itu mencintai si cewek
dia akan terus menulis seperti yang dia lakukan
dan jika cowok itu menyukai puisi tersebut
dia akan terus menulis sebagaimana seharusnya
dan jika cowok itu mencintai si cewek dan puisinya
dia paham apa itu cinta
dua kali lebih banyak ketimbang cowok lain
aku paham apa itu cinta.
puisi ini adalah sebuah cara
buat memberi tahu cewek itu.
--
Sekitar tiga tahun silam, kalau saya melihat model puisi seperti di
atas, pasti bawaannya pengin protes dan bahkan menganggap itu bukanlah
puisi. Sampai akhirnya saya mengenal bentuk antipuisi dan puisi-prosa, sehingga bisa lebih bersikap santai dalam memandang suatu puisi. Terus terang, sampai hari ini puisi-puisi Bukowski (terutama yang tentang mabok dan seks) bukanlah jenis puisi yang bakal saya bikin seumpama mode penyair di dalam diri ini mendadak bangkit. Meski demikian, saya dapat melihat pembawaannya yang santai, lalu sajaknya terasa dekat atau seakan-akan si penulis memang malas mengambil jarak dari karyanya, sampai-sampai saya jadi kepengin belajar menulis dengan rileks serta jujur sepertinya. Jika saya menengok kembali seluruh puisi yang terhimpun di buku digital Disforia Pengusik Kenangan dan Merayakan Puisi, mayoritas dituturkan dengan nada muram. Saya mau suatu hari nanti, seandainya masih ngotot menyusun sajak sekaligus mengomersialkannya, bisa menghasilkan puisi yang mengandung unsur humor atau minimal disampaikan dengan riang. Semoga.
PS: Empat judul puisi yang saya terjemahkan secara suka-suka itu ternyata kalau digabungkan akan membentuk kalimat: Pengakuan puisi cinta untuk Marina malam ini semacam jawaban buat kritikus.
0 Comments
—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.