Masihkah Ada Puisi di Antara Aku dan Kamu?

1


Aku menjelma suatu kegilaan yang terus saja memburu bayangmu. Di antara ciuman yang memudar, di antara lagu cinta yang cengeng, di antara nota belanja, di antara ejekan atau kritikan terhadap penulis favoritmu yang payah, bahkan di antara jarum jam yang bercita-cita dapat berputar ke kiri, di antara kerja serabutan dengan upah tak layak, di antara kalimat para HRD yang berbunyi serupa, “Nanti kami kabari sekitar seminggu lagi” (pesan itu tak pernah kunjung datang), serta di antara impian-impian yang sirna.


Ketika di luar sana dunia berputar, orang-orang bekerja mencari uang atau kesuksesan, mencari sebongkah kegembiraan, begitu pun bajingan tengik yang selalu mencari pembenaran atas segala perbuatan jahatnya, sedangkan aku masih saja terjebak di sini, di kamar sempit yang menguarkan aroma kemiskinan, dan menghasilkan puisi-puisi tolol tentang kesedihan dan kesepian.





2


Jarum jam, si pencuri waktu, macet di angka nol, sedangkan kekosongan adalah monster tanpa tubuh yang melahapku dalam kegelapan, dan aku kini sedang terjebak dalam lubang hitam penyesalan.

Waktu menyerupai guru bengis yang mengajarkanku tentang keniscayaan perpisahan. Momen-momen bersamamu seperti gelembung sabun, pecah begitu saja. Selalu ada risiko, bumbu kehidupan, yang mau tak mau harus kita telan. Dan terakhir, harapan, seutas benang kusut, yang akhirnya putus juga di tengah jalan.


3

Larik-larik puisiku sedang berusaha menari, meski aku tahu itu hanya ilusi semu, hanya menjanjikan surga palsu di balik kata-kata dusta. Menulis puisi sebagai pelarian dari hidup yang suram cuma menjadi sebuah kebohongan yang semanis biang gula. Jika mereka bilang puisi adalah obat segalanya, tapi nyatanya hati ini masih tetap luka, tidur panjang tak menghapus duka, dan mimpi buruk pun selalu setia menyapa.



/2020-2021


*

Saya mungkin sudah tak punya tenaga buat terus mengisi blog ini. Entah karena telah kehilangan minat menulis atau kegiatan sehari-hari yang begitu banyak menyita waktu, intinya sih saya tak pernah mampu lagi duduk berjam-jam seperti dulu buat menulis maupun menyunting tulisan.

Ada semacam kesedihan sewaktu saya mengetik kalimat barusan. Jika saya menengok masa-masa pandemi sekitar tahun 2020-2021, saya pada masa itu sungguh produktif dalam menulis. Namun, hal yang saya sadari sekarang: kala itu bahan bakar saya dalam menulis adalah kesedihan dan kesepian. 

Tanpa perlu mengelak, perasaan-perasaan negatif itu saya olah menjadi berbagai jenis teks demi bisa mengurangi, atau bahkan menghilangkan, kesedihan maupun kesepian di dalam diri. Misalnya, puisi yang saya cantumkan di atas.

Dalam setahun belakangan ini saya sudah jarang bersedih ataupun kesepian, dan apakah karena itu pula saya merasa telah kehabisan bahan bakar? Saya barangkali sudah malas menulis, atau hanya mencari-cari alasan supaya tak usah menulis lagi? Saya sendiri bingung. Yang jelas, ada perasaan bersalah kalau saya terus-menerus menelantarkan blog ini.

Ke mana janji saya dulu buat terus mengisi blog ini minimal sebulan terdapat dua tulisan? Ke mana janji saya buat latihan menerjemahkan cerpen berbahasa Inggris minimal sebulan satu tulisan? Ke mana janji saya untuk menghasilkan himpunan puisi dan menjadikannya lagi buku digital? Ke mana pula perginya impian saya yang kepengin menyelesaikan naskah novela sebelum usia 30?

Banyaknya pertanyaan itu hanya akan melahirkan sebuah jawaban pasti: Ia enggak pergi ke mana-mana, ia hanya bersembunyi di dalam diri, dan kelak terbangun dari tidur panjangnya menjadi penyesalan tanpa ujung.

Saya pun heran dengan apa yang tengah saya lakukan sekarang demi bisa mengisi blog ini. Saya mengubek-ubek arsip lawas, saya buka lagi semua jurnal maupun draf puisi, lantas meminta tolong kepada Gemini alias ChatGPT buat mengubah daftar teks itu menjadi sebuah puisi ngawur—yang kelak saya modifikasi lagi supaya lebih enak dibaca.

Saya belum tahu apakah usaha ini hanyalah bentuk kesia-siaan, atau justru bisa menjadi pemicu agar saya kembali meluangkan sisa-sisa waktu selepas jam kerja untuk menulis.

--

Gambar saya ambil dan edit sesukanya dari serial anime Bakemonogatari.

1 Comments

  1. Saya pun menggunakan AI membuat tulisan2 untuk mengisi waktu, meski tulisannya jelas banget bahasa robot.

    ReplyDelete

—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.