Kita semua gelandangan kosmik, berutang segalanya pada alam semesta. Tagihan menumpuk, bunga berlipat ganda, tubuh ini tergadai, dan apakah jiwa juga tergadaikan?
Jantung? Barangkali hanya pompa sewaan. Hati? Sewa beli, tak bisa dikembalikan. Setiap inci kulit, setiap helai rambut, semua tercatat dalam buku utang.
Kita menawar diri, menukarkan waktu, tapi untuk apa? Apakah demi bertahan hidup, demi segenggam iPhone atau Android, juga demi seulas mimpi? Kita terjebak dalam lingkaran tak berujung, terikat janji yang tak pernah kita buat.
Jiwa, satu-satunya aset yang tak tergadai, meronta, memberontak, melawan arus. Tapi benarkah ia milik kita? Atau ia juga tergolong utang, yang suatu hari harus kita kembalikan?
*
Dulu, waktu masih bocah, aku kira hidup itu cuma main-main. Enggak ada yang serius-serius amat. Tapi lama-lama, aku sadar kita semua tuh kayak meminjam hidup. Kayak berutang di warung, tapi yang diutangin itu napas, senyum, dan segala hal yang kita punya.
Setiap hari, kita berupaya melunasi utang itu sedikit demi sedikit. Kadang dengan keringat, kadang dengan air mata. Kita bekerja keras, berharap bisa punya ini dan itu, tapi ujung-ujungnya justru cuma ngisi daftar belanjaan yang enggak pernah ada habisnya.
Terus terang saja, pada malam jahanam ketika susah tidur begini, aku sering merasa bingung. Kita ini siapa, sih, sebenarnya? Cuma sekumpulan atom yang lagi kumpul sebentar? Atau ada sesuatu yang lebih dari itu?
Kadang-kadang pula, sewaktu lagi sendirian tengah malam begini, aku suka mikir, apakah kita semua cuma bagian kecil dari sebuah cerita yang lebih besar? Kita barangkali bukanlah tokoh utama sebuah cerita, kita hanya karakter yang 1-2 kali nongol di suatu buku atau film, atau seperti NPC dalam sebuah gim. Namun, anehnya aku kini tak keberatan lagi meski tidak menjadi apa-apa.
1 Comments
Waktu kecil pernah mikir bagaimana alam semesta tercipta, bagaimana adanya Tuhan. Eh lama" jadi ngeri sendiri. Terus kata guru ngaji jangan pernah memikirikan itu karena nanti bisa gila. Tapi tetap saja suka kepikiran
ReplyDelete—Berkomentarlah karena ingin, bukan cuma basa-basi biar dianggap sudah blogwalking.